Permata yang Hilang

Sabtu, 24 Desember 2016

Halo, udah lama ya ga ngepost di blog ini, terakhir kali aku ngepost di tahun 2015. Ternyata udah lama yaa hehehe.. Baru mau ngepost lagi di penghujung tahun, aku udah bilang kalau akan ngeblog lagi di liburan ini. Mungkin ga sering sih, tapi aku akan ngepost soal pengalaman aku di tahun 2016 ini sebelum masuk semester baru.

Cukup banyak yang terjadi di 2016 ini, tapi aku akan mulai dari yang tergalau ya.. Jadi, di tahun 2014-2015 aku berturut-turut nyoba sbmptn di fk, tapi Allah berkehendak lain yang membuat aku terus berkuliah di Keperawatan UI. Ga cuma di tolak, berkali-kali aku mengalami kegagalan dalam hidupku sendiri yang membuat aku menyerah saat itu.

Malam ini teringat akan semua kenangan itu, rasanya ingin kutulis agar aku bisa selalu mengingatnya. Belum selesai semester 4 berakhir, aku harus menghadapi beragam masalah yang dimulai dari ancaman tidak lulus mata kuliah dan om ku meninggal. Mungkin semester 4 adalah semester dimana aku lebih sering menangis, murung dan diam. Setelah kuliah semester 4 berakhir, liburan semester genap dimulai. Pada awal liburan aku merasa senang, tapi hal itu tidak berlangsung lama.

Mungkin untuk pengalaman sbmptn dan penolakannya akan posting di lain waktu, karena pas nulis ini lagi mood untuk nulis perasaan "galau" karena lagi dapet feelnya. Sebelum kelulusan sbmptn, aku hanya menghabiskan waktuku dirumah tanpa melakukan sesuatu yang bermakna. Sejujurnya aku merasakan kesepian waktu itu dan aku butuh orang untuk menemaniku. Ya, liburan itu aku selalu menghubungi sahabatku dan orang yang aku sayangi xx.

Aku merasakan perubahan pada xx dimulai dari semester 4 awal tapi aku tidak pernah menyangka bahwa akan berakhir sedih pada liburan semester genap. Sebagai orang yang galau karena pengumuman sbmptn aku hanya menghibur diriku sendiri dan mengisi kegiatanku sepositif mungkin. Tapi, tetap saja, sebagai manusia aku tidak bisa begitu saja mengacuhkannya. Bahkan ketika dia beberapa kali mengacuhkanku tapi tetap saja, aku akan tetap kembali pada tempat yang sama.

Masih teringat betul, ketika dia tidak memberikan kabar padaku dan membalas pesanku begitu lama. Sedih rasanya, ketika dua orang yang saling mengenal menjadi asing dalam waktu yang singkat. Aku masih bertanya-tanya pada diriku, kenapa semua begini, kenapa dia berubah, begitu banyak kenapa yang ingin sekali aku tanyakan tapi mulutku terasa dibungkam. Akupun jenuh dengan keadaan dan aku benar-benar butuh teman yang lain. Maka, akupun mencari teman maya, yang justru merupakan keputusan terburuk yang pernah kuperbuat.

Aku menemukan seseorang yang bisa menemaniku, aku hanya mencari teman pikirku dan aku jadikan dia temanku yang cukup fast respon untuk membalas chat-chatku. Dimulai dari perkenalan, chat, telpon dan bertemu langsung. Aku mulai percaya padanya, tapi hanya sebagai teman, dan ketika aku menonton film rudi habibi tiba-tiba aku merasa bahwa seseorang yang  mengacuhkanku adalah orang yang aku sayangi. 

Ketika dirumah, aku langsung menghubunginya, aku langsung mengatakannya dan membuang egoku. Kutuliskan dengan hati-hati setiap perasaan yang kurasakan waktu itu yang membuatku terjaga hingga subuh dengan mata sembab karena menangis. Mentari telah terbit dan hal yang kuliat pertama kali ada hpku, tidak ada pesan baru disana. Hari, jam, detik telah berganti tetapi harapan itu tetap ada. Hingga akhirnya aku bertemu sahabat lamaku, kutuangkan apa yang aku rasakan dan aku menangis disana. Aku bersyukur mereka benar-benar mencoba menghiburku dengan keadaan yang aku rasakan, mereka mencoba untuk mendengarkan. Tidak lupa kuucapkan terima kasih pada para sahabatku yang selalu ada untukku. 

Setelah ucapan itu terucap di line. kuterima pesan darinya. Kubaca bait demi bait, masih teringat betul bahwa aku menangis malam itu, setelah tawa yang susah payah dibuat oleh sahabatku, akupun menangis. Aku tidak tau harus membalas apa. Begitu sakit rasanya, bahkan rasa sakit itu masih ada sampai sekarang. Bagaimana bisa orang yang pernah membuatku jadi orang terbahagia didunia ini juga menjadi alasan kesedihanku malam itu.

Entah bagaimana ceritanya, pada akhirnya temanku menyukaiku. Aku bingung dan aku menangis, kenapa harus dia yang menyukaiku, kenapa harus dia yang memberikan semua ini, kenapa bukan xx, kenapa.. Aku menangis, aku tidak bisa membohongi hatiku bahwa aku masih menyukai xx. Pada akhirnya aku jujur, aku jujur bahwa hal ini tidak akan berhasil pada orang yang berbeda. Tidak lama setelah itu, sahabatku, orang yang sangat berpengaruh bagiku juga menjauhiku untuk alasan yang tidak pernah aku ketahui. Tidak lama setelah itu aku jatuh sakit, iya sakit yang benar-benar memaksaku untuk tidur selama 1 minggu dikasur. Mungkin benar jika kondisi psikologis bisa mempengaruhi psikis.

Disaat itu, rasanya aku ingin menghilang darimanapun. Aku tidak ingin kuliah, keluar dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Hidupku hambar, aku merasakan titik terendah dalam hidupku, aku merasa menjadi orang yang gagal. Aku hampir menyerah, aku tidak tahu harus kemana, bagaimana, menagtakan pada siapa dan menyalahkan siapa atas semua ini. Bahkan aku ketinggalan untuk mengisi jadwal kuliah yang membuatku mendapatkan kelas sisa. Kepribadiankupun ikut berubah,semuanya berubah saat itu. 

Hingga tulisan ini dibuat, aku masih belum bisa untuk melupakan semua ini. Jika memang dia mengatasnamakan agama untuk meninggalkanku tapi kenapa batasan itu hanya dibuat untukku dan bukan wanita yang lain. Kulihat kamu masih berbincang dengan teman perempuanmu yang lainnya tanpa malu dengan tawa yang dulu kita buat. Jika memang agama alasannya, mengapa kamu tidak mempunyai keberanian untuk menjadikanku halal. Jika memang alasan kamu untuk memperbaiki diri, kenapa kamu hanya memperbaiki dirimu dan membiarkanku. Apa dosaku yang tidak dimiliki oleh wanita lain? Apakah aku ini begitu rendah sampai tak bisa menggapai dirimu yang tinggi? Apakah kita tidak akan pernah bersatu? Mengapa kamu begitu membenciku untuk alasan yang tidak pernah aku ketahui sebelumnya. 

Lalu jika kamu mengatakan kamu tidak bisa menjanjikan apapun, apakah dengan perpisahan ini kamu menjanjikan aku sesuatu? Apakah dengan kamu melihatku menangis kamu bahagia? Setiap cerita indah baik sahabat nabi maupun buku islam akan diputuskan oleh sang laki-laki. Ingatkah kalian dengan cerita Fatimah dan Ali? Jika Ali tidak mempunyai keberanian untuk menerima tawaran Rasulullah untuk melamar Fatimah, maka Fatimah tidak akan menikah dengan Ali. Jika memang kamu tidak memiliki keberanian sebesar Ali, bukankah itu artinya kita tidak akan pernah bisa bersama? Lalu kenapa kamu memperlakukanku seolah aku ini musuhmu. Bahkan untuk berteman denganku saja dirimu enggan, aku pernah melihatmu kala itu bersama temanmu yang bahkan kamu menganggapku tidak ada.

Malam ini aku menangis lagi, bodoh rasanya aku masih memikirkan orang yang bahkan tidak memikirkan aku sama sekali. Ada satu kata yang pernah kutanyakan padamu ketika riwayat chatku kubaca, bagaimana jika aku menjauhimu tanyaku padamu, lalu kamu menjawab aku akan meyakinkanmu untuk terus bersamaku sehingga kamu tidak akan menjauhiku. Lalu sekarang kamu telah menjauhiku, seberapa keras aku bersuara ataupun seberapa panjang ku menulis, hati yang keras itu tidak akan lunak. Kenapa rasanya ini tidak adil, haruskah hal ini berakhir dengan kebencian? Jika kamu mengatakan setiap katamu yang dulu hanyalah bualan, lalu apakah cerita kita hanya legenda?

Setelah hari itu, tidak pernah ada lagi kata yang terucap untukku secara langsung, bahkan jika aku matipun aku rasa kamu tidak akan peduli. Ulang tahunku yang telah lewat tanpa satu katapun darimu, apakah dua kata selamat ulang tahun akan membuatmu menjadi pribadi yang buruk. Haruskah kamu menjauhiku dengan begitu hebatnya. Aku mencoba segala cara untuk melupakan ini semua, tapi belum kutemukan pengganti itu sekalipun statusnya pacar. Setiap jalan yang kulalui tidak pernah membawaku ke jalan pacaran, seberapa keras aku mencoba untuk mencari pacar. Mungkin video crazy of you ini bisa menggambarkan bagaimana rasanya. Cukup galau memang, tapi itulah yang kurasakan selama ini, aku telah kehilangan permataku.



"Tidak ada yang pergi daripada hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan" - Tere Liye

0 Response to "Permata yang Hilang"

Post a Comment

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme